Pulang Kampung, Wong Chun Sen Jadikan Cheng Beng Wadah Silahtutahmi Bersama Keluarga Besar dan Penghormatan Bagi Leluhur

0

HARIANMEDIARAKYAT, LABUHANBATU

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, Drs. Wong Chun Sen Tarigan, M.Pd.B bersama keluarga ‘Pulang Kampung’ dalam rangka sembahyang Cheng Beng, Sabtu (30/3/2024).

Kumpul bersama keluarga besar yang ada di kabupaten Labuhan Batu (Rantauprapat) merupakan tradisi keluarganya setiap tahun khususnya pada perayaan sembahyang Cheng Beng.

Politisi partai PDI Perjuangan Kota Medan yang duduk kembali periode ke 3 di DPRD Kota Medan ini menyebutkan sembahyang Cheng Beng menjadi momen penting bagi etnis Tionghoa dalam menghormati leluhur mereka. 

Hal itu disampaikan Wong saat melaksanakan sembahyang Ceng Beng di Pekuburan Budi Luhur Perlayuan yang berlokasi di Jalan Pulo Padang, Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, Kamis (30/3/2023).

Wong mengatakan, tradisi Ceng Beng merupakan waktu dimana warga Tionghoa melakukan ziarah kubur yang dilakukan setiap tahunnya.

Dijelaskan Ketua Permabudhi Sumatera Utara ini, Tradisi Ceng Beng juga dikenal sebagai Festival Qingming yang dirayakan pada tanggal 4-6 April setiap tahunnya. Kemudian, tradisi ini bertujuan untuk menghormati para leluhur yang telah mendahului para masyarakat etnis Tionghoa yang masih hidup. 

“Pelaksanaan Ceng Beng ini bukan hanya dilaksanakan di Indonesia saja. Di tempat lain, diluar negeri juga melaksanakannya. Jadi, setiap tahunnya, kami selalu pulang ke Rantauprapat kabupaten Labuhan Batu ini, “ucapnya.

Menurut Wong, setiap tahun, keluarga mereka akan berkumpul dari berbagai daerah di rumah keluarga besarnya dan selanjutnya bersama-sama pergi ke pemakaman keluarga untuk berdoa. 

” Ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi saat pelaksanaan sembahyang kubur (Cheng Beng) bersama keluarga dan terakhir kami juga akan kumpul makan bersama seluruh keluarga besar, “sambung Ketua Gemabudhi Sumut ini. 

Menurut Wong Chun Sen, sesuai kepercayaan mereka, ziarah kubur ini juga untuk menghormati dan bentuk bakti kepada para leluhur dan orangtua yang telah tiada dan mengenang serta memuliakan orang tua atau leluhur yang sudah meninggal dunia. 

“Tradisi ini juga sebagai sarana berkumpulnya saudara, kerabat, dan anak-anak para warga keturunan Tionghoa meskipun sudah berbeda agama dan keyakinan, ” ujarnya. 

Sebab, tambah Sekretaris Komisi II DPRD Kota Medan ini lagi, perbedaan agama dan keyakinan yang dianut dalam satu keluarga besar bukan suatu penghalang untuk berkumpul dan bersilaturahim saat perayaan ceng beng.

Melalui tradisi ini semua keluarga yang jauh dipersatukan. Kemudian, keluarga, saudara, dan kerabat yang dari luar negeri juga sudah mempersiapkan diri untuk pulang memuliakan leluhurnya saat digelar cheng beng,” jelasnya.(Red) 

Sebarkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *